Belajar dari Anak-anak
Ada seorang guru bahasa inggris yang baru saja menerangkan tentang "to be" kepada murid-muridnya. Setelah itu, dia meminta mereka membuat kalimat menggunakan "to be" apapun bentuknya (is, am, are tergantung subyek kalimatnya). Tiba-tib seorang murid berseru:
Andi : "I is ..." (tiba-tiba sang guru menyela)
Guru: "Andi, sayakan telah menerangkan kalau "I" itu menggunakan "am"
Andi: "Tapi pak, saya tidak bermaksud ..."
Guru: "Sudah!" (kata sang guru mulai tak sabar tanpa mencoba mendengar kalimat Andi selengkapnya). Apakah susah bagimu untuk menghafal bahwa pasangan "I" itu "am"?
Andi: (karena putus asa akhirnya dia mengikuti kata-kata gurunya) "I am the ninth letter of the alphabet." (saya adalah huruf kesembilan dalam alfabet). Padahal maksud Andi adalah "I is the ninth letter of the alphabet" (huruf I adalah huruf kesembilan dalam alfabet).
Ilustrasi diatas menggambarkan anak kecil sering kali dilecehkan, dianggap tidak bisa apa-apa. Akibatnya mereka sering tidak diberi ruang untuk mengemukakan pendapatnya. Atau mereka cenderung dipaksa untuk mengikuti pendapat orang dewasa. Orang dewasapun kerap kali menganggap dirinya lebih bisa, lebih tahu (padahal sering pula sok tahu).
Kita harus belajar dari Yesus yang memberi ruang kepada anak-anak dan memberkati mereka (Mat. 19:13-15). Justru Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita supaya kita memiliki sifat seperti anak kecil dihadapan Tuhan yaitu sifat yang polos, jujur, dan terbuka dihadapan Tuhan, karena dengan demikian kita akan selalu merasa butuh / perlu akan Tuhan. Karena pada dasarnya anak kecil tidak dapat berjalan tanpa bimbingan orangtua. Demikian juga kita tidak dapat melangkah dalam hidup ini atau bahkan dapat tersesat tanpa bimbingan dan penyertaan Tuhan. Jadi mulai sekarang janganlah menjadi orang yang bersikap sok tahu (sok dewasa, menggurui) dihadapan Tuhan tetapi jadilah orang yang selalu rendah hati dihadapan-Nya. Amin.
Blessing Family Centre Surabaya
Baca juga…
Agar kita siap & "layak" untuk diangkat (rapture)
Firman Allah tentang segala penyakit
Kehilangan Terbesar
Tertinggal (Left Behind)
Tak ada yang dapat menyelamatkan
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.