KUASA DALAM PUJIAN
Kisah Para Rasul 16:19-31
Ketika saya mendampingi Ayah menjalani operasi atas kanker yang dideritanya, lalu menjalani perawatan selama lebih dari dua bulan di rumah sakit, rasa khawatir serta putus asa sering menyergap. Membuat saya sangat takut dan tidak berdaya. Untuk mengurangi kegelisahan di hati, setiap malam saya melantunkan kidung pujian sembari mendampingi Ayah yang mengalami insomnia. Awalnya, saya melakukannya hanya untuk kepentingan pribadi dan menyanyi dengan sangat lirih karena takut mengganggu kenyamanan pasien lain. Namun, ternyata pasien yang lain serta keluarga-yang se-ruangan dengan Ayah-tidak keberatan saya menyanyi, malah meminta saya menyanyi untuk semua, sebab kata mereka, nyanyian yang saya naikkan menenteramkan hati mereka juga.
Saya teringat kepada Rasul Paulus dan Silas yang tetap memuji Tuhan dalam masa sulit. Tubuh mereka tentu tersiksa karena hukuman dera yang dijatuhkan, dan terkurung di penjara yang sangat tidak nyaman (ayat 23, 24). Namun, mereka tidak mengeluh dan berputus asa. Sebaliknya mereka justru berdoa dan menyanyikan pujian kepada Allah. Tidak dengan ragu, malu, apalagi takut. Mereka memuji Tuhan dengan suara lantang hingga seluruh penghuni penjara turut mendengarkan (ayat 25). Dan, mukjizat pun terjadi! (ayat 26).
Biarlah bibir kita suka menaikkan nyanyian pujian kepada Tuhan. Khususnya pada masa yang sulit dan berat. Sebab, ada kuasa dalam setiap pujian yang dinaikkan dengan segenap hati. Kuasa yang membangkitkan iman kita sendiri, yang menguatkan orang lain di sekitar kita, yang mengagungkan kebesaran Tuhan, Sang pengendali segala peristiwa
ALLAH BEKERJA MELALUI SETIAP PUJIAN YANG KITA HANTARKAN
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.